Pejabat adalah sepenggal kata yang sangat ekslusif dan terkesan glamor. Mungkin kita juga kepingin jadi pejabat, entah itu pejabat pemerintahan maupun swasta.
Namun, menilik pada fakta dan realita banyak pejabat di negeri antah berantah jarang sekali yang memiliki ketulusan. Mengapa demikian? karena sebelum menjadi pejabat mereka banyak menguras cuan untuk menggapai jabatan itu. Saat ini ketulusan adalah komoditas langka.
Maka jangan heran jika ada pejabat yang memiliki kejujuran yang benar benar mengabdi kerap tersingkir, sementara mereka yang pandai berkamuflase justru dielu-elukan sebagai pemenang.
Jika ingin menyaksikan ketidakadilan yang mengenakan jubah estetika, mata perhatikan bagaimana orang baik seringkali tak lebih dari figuran dalam panggung besar kehidupan. mereka hadir bukan sebagai lakon utama melainkan sekedar latar yang tak pernah menjadi ornamen bagi narasi yang tak pernah benar-benar memihak mereka.
Laksana pelita di tengah gemerlap pesta lampu sorot bukan karena sinarnya redup, tetapi karena dunia lebih terikat oleh kemilau yang menipu bukan oleh cahaya yang menerangi dengan ketulusan.
Bagi kalian yang lelah menghadapi absuritas ini, Jangan biarkan sistem yang bobrok mencemari intimu, jadilah gunung yang menantang badai yang tidak goyang-goyang angin, Jangan berharap pengakuan dari mereka yang buta makna sebab air yang jernih tak butuh pembelaan di hadapan yang haus.
Mereka yang menjadikan kebaikan sebagai alat manipulasi mengira kebajikan bisa dipakai sebagai kedok dan sebagai instrumen untuk mendulang simpati. Sebelum akhirnya dicampakkan saat tak lagi menguntungkan. Itu bukan kebajikan itu adalah perampokan makna. Maka biarkan waktu dan karma yang berbicara, jangan kotori tanganmu untuk melayani mereka yang beroperasi di bawah derajat kehormatan. Sebab pada akhirnya yang palsu akan lurus dan yang bernilai akan tetap berdiri.
Jadi pada intinya tulisan ini bukan sekedar curahan hati melainkan jejak pemikiran yang menandakan bahwa masih ada akal yang bernyala di mana kebenaran tidak pernah lestari dalam kesunyian, Ia hanya hidup ketika diperjuangkan, bukan ketika dikubur dalam kompromi.
Jadi apa yang disampaikan dalam tulisan Ini bukan sekedar analisis melainkan pengingat bahwa hidup bukan hanya tentang pencapaian, kehormatan atau bertahan, tetapi tentang mencipta gelombang perubahan bahwa manusia bukan makhluk yang sekedar tunduk pada dunia, tetapi entitas yang seharusnya merancang dunia agar lebih bernilai. Silakan bagikan apa yang sudah tertuang dalam tulisan Ini karena siapa tahu suara yang dianggap kecil hari ini, bisa menjadi badai yang mengguncang langit kekuasaan. Wassalam